“Ada juga ya, wanita yang pakai purdah tapi upload wajah diri dengan purdahnya, malah dengan gaya gembira mempersona pula”
Buat pengetahuan purdah adalah niqab yang menutupi seluruh mukanya dan yang lain kecuali mata. Apapun gelarannya jilbab, hijab, kerudung, cadar, ianya bertujuan untuk menutup aurat wanita. Ada yang menutup ke paras dada ada pula yang hanya sekadar menutup kepala.
Berfoto selfie bagi yang bertudung mahupun niqab sepertinya sudah menjadi sebahagian dari kehidupan manusia modern saat ini. Untuk berbagai momen dan keperluan akaun media sosial atau sekadar ingin menunjukkan eksistensi diri. Namun, bagi wanita yang sudah berkomitmen memakai purdah (niqab) dan berusaha mencapai puncak kemuliaan wanita, tidak selayaknya melakukan hal ini. Berfoto ria dengan menampakkan muka memakai purdah, menggunakan gaya-gaya yang tidak kalah (maaf) “narcissistic” dengan foto model ataupun minimal gerakan mata dan alis yang mewakili ekspresi mereka.
Bahkan ada juga wanita dengan memakai purdah, berfoto bersama dengan berbagai ekpresi eksistensi dengan gaya yang menunjukkan seolah-olah mereka belum faham sunnah. Kemudian foto tersebut diupload di media sosial atau dijadikan gambar akaun peribadi. tentunya menjadi foto “milik bersama” dan menjadi konsumsi awam. Tentu ini tidak sepatutnya dilakukan oleh wanita dengan komitmen menerapkan sunnah memakai purdah.
Begitu juga dengan wanita yang belum kenal sunnah, yang masih bertudung biasa mereka juga merasa senang dan yang anehnya berusaha untuk mempamerkan diri di dalam laman sosial dengan gaya sektor yang sangat mendatangkan fitnah (ujian).
Hakikatnya, purdah mahupun tudung adalah menutupi diri dari laki-laki yang bukan mahram.
Ulama yang menyimpulkan hukum sunnah untuk purdah atau yang mewajibkan purdah sama-sama sepakat bahawa wajah dan kecantikan wanita boleh menjadi fitnah bagi laki-laki. Kerana wajah wanita selayaknya ditutup, semua laki-laki pasti setuju hal ini. Tentu para isteri tidak rela, suaminya menikmati kecantikan wajah wanita lainnya kemudian tersimpan sesuatu dalam hati suaminya.
Daya tarik utama bagi laki-laki adalah wajah wanita. Ulama mengatakan,
فالرجل الذي يريد أن يتعرف على جمال المرأة إنما ينظر إلى وجهها
“Laki-laki jika ingin mengetahui kecantikan seorang wanita maka ia pasti akan memandang ke wajahnya.”[1]
Kerananya seorang Sahabat bernama Al-Fadhl diperintahkan agar memalingkan pandangan dari kecantikan wajah wanita kerana berpotensi menjadi fitnah.
Fadhl bin Abbas (saudaranya Ibn Abbas) pernah membonceng Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di belakang beliau, kerana tunggangan Fadhl keletihan. Fadhl adalah pemuda yang cerah wajahnya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berhenti di atas tunggangannya, untuk menjawab pertanyaan banyak sahabat yang mendatangi beliau. Tiba-tiba datang seorang wanita dari Bani Khats’am, seorang wanita yang sangat cerah wajahnya untuk bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ibnu Abbas melanjutkan,
فَطَفِقَ الفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا، وَأَعْجَبَهُ حُسْنُهَا، فَالْتَفَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا، فَأَخْلَفَ بِيَدِهِ فَأَخَذَ بِذَقَنِ الفَضْلِ، فَعَدَلَ وَجْهَهُ عَنِ النَّظَرِ إِلَيْهَا
Maka Fadhl-pun langsung mengarahkan pandangan kepadanya, dan takjub dengan kecantikannya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memalingkan wajah beliau, namun Fadhl tetap mengarahkan pandangannya ke wanita tersebut. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang rahang Fadhl dan memalingkan wajahnya agar tidak melihat si wanita.[2]
Larangan melihat wanita adalah dengan memalingkan wajah kita daripada melihatnya. Malah bagi seorang lelaki beriman mereka perlu menundukkan pandangannya dari wanita-wanita fitnah tersebut.
Rujukan:
[1] Sumber: http://fatwa.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=26290
[2] HR. Bukhari, no.6228