Sunday, November 10, 2019

Kadang-kadang


Kadang-kadang kita cuba nak faham apa yang Allah aturkan untuk kita,
Kadang-kadang kita persoalkan ujian yang Allah campakkan kepada kita,
Kadang-kadang kita rasa kecewa apabila kita tak dapat penuhi impian kita,
Kadang-kadang kita penat dan lesu sebab kita cuba untuk berubah, tapi kita tak dapat sokongan yang kita perlukan,
Kadang-kadang kita rasa rimas dan lelah untuk jadi baik,

Kadang-kadang kita rasa dunia tak adil pada diri kita, kerana seringkali kita dipersalahkan untuk benda yang remeh... 

Atau dipersalahkan atas hal

Yàng tidak kita lakukan..

Dan kadang-kadang kita kesal, kita tidak tahu mengapa kita diciptakan.
Apabila perasaan kadang-kadang ini datang menerpa, 

SELALULAH beristighfar dan mohon keampunan,
SELALULAH baca dan tadabbur, tafakur dan tabayun ayat-ayat cinta dari Allah,
SELALULAH berjumpa dengan rakan-rakan yang soleh agar bertambah iman,
SELALULAH rasa bersyukur untuk setiap nikmat yang Allah kurniakan,
SELALULAH ingat ada yang jauh lebih malang daripada diri kita yang sebenarnya cukup keperluan,
SELALULAH cuba untuk sabar dan redha dengan setiap dugaan,

Dan SELALULAH bermuhasabah semula apa tujuan sebenar kita dijadikan.

Kerana pada KADANG-KADANG itu sentiasa ada syaitan yang membisikkan,

Sedangkan pada SELALU itu, sentiasa ada Allah yang penuh dengan kecintaan.

Saturday, November 9, 2019

Hargai Sebelum Terlambat


Manusia akan menghargai sesuatu perkara itu apabila ia telah berlalu pergi dari diri kita. Ketika ada di depan mata, tidak dipedulikannya, apabila telah tiada, baru menghargainya.

Sakit, walaupun tuhan hanya menghantar sekadar sakit tekak pada manusia, ketika itu hilang keenakan makanan yang kita jamah walaupun harganya mahal dan dimasak oleh chef terkenal. Nafsu makan kita telah berkurang hanya kerana sakit yang kecil saja.

Kawan, Ketika mana ia berada di depan mata, dibiar begitu saja. Apabila ia telah pergi berlalu dari kehidupan kita, baru kita menyingkap seribu satu kenangan indah bersamanya.

Hargailah apa yang ada di sekeliling kita. Selagi ia masih ada. Kerana apa yang kita miliki, akan berlalu pergi apabila tiba masanya. Kerana ia tidak akan kekal selamanya.

ثم تردون إلى عالم الغيب والشهادة
"Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan nyata"
[surah al jumuah ayat 8]

Tuesday, December 12, 2017

Berdoa Kukuhkan Hati Agar Tidak Tertimpa Fitnah



Tahukah kita apabila kita terjebak ke dalam perkata yang batil, terjerumus ke dalam fitnah, ini dikeranakan kita meninggalkan apa yang diperintahkan oleh Allah.

Ini adalah disebabkan kita meninggalkan kebenaran dan kesabaran sehingga kita tertimpa kepada fitnah tersebut.

Oleh itu jangan sesekali kita cuba meninggalkan kebenaran dan jangan kita tinggalkan kesabaran.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :
"Dan tidak akan terjatuh kedalam fitnah kecuali dengan meninggalkan apa ayng Allah perintahkan.

Kerana sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala memerintahkan kepada kebenaran dan kesabaran.

Maka fitnah bisa terjadi kerana MENINGGALKAN kebenaran dan meninggalkan kesabaran".
Al-Istoqomah 1/29

Mari kita senantiasa berdoa agar Allah kukuhkan hati kita. Jika Allah tidak kukuhkan hati kita, pasti kita akan condong boleh kepada yang batil.

Asy Syaikh Ibnu al`Utsaimin rahimahullah berkata :
Seorang manusia itu, selama ruh masih di jasadnya maka dia terancam (tidak aman) dengan fitnah. Oleh karena itu, aku berwasiat kepada diriku sendiri dan kepada kalian agar senantiasa memohon kepada Allah KEKUKUHAN di atas iman.

Dan hendaknya kalian khawatir (terhadap diri kalian) kerena di bawah kaki-kaki kalian ada perangkap-perangkap. Sehingga jika Allah tidak mengukuhkan kalian, niscaya kalian akan terjatuh dalam kebinasaan.

Dengkarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada Rasulnya shallallaahu 'alaihi wa sallam, makhluk yang balik kukuh dan paling kuat imannya :

{ ولولا أن ثبتناك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا }
"Dan kalau Kami TIDAK mengukuhkan (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir CONDONG sedikit kepada mereka" (QS al Isra' : 74)
Jika ini terjadi pada Rasul --shallallaahu 'alaihi wa sallam--, maka bagaimana dengan kita? Kita ini lemah keimanan dan keyakinannya, dalam keadaan berbagai syubhat dan godaan syahwat menimpa kita.

Maka kita dalam bahaya yang besar. Sehingga wajib bagi kita untuk memohon kepada Allah KEKUKUHAN di atas al-haq dan agar tidak menyimpangkan hati kita. Dan inilah doanya orang yang berakal :

 ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا 
"Wahai Rabb kami, janganlah Engkau simpangkan hati kami setelah Engkau memberi hidayah kepada kami."

Syarhul Mumti' : 5/388 (dengan peringkasan)

قال الشيخ ابن العثيمين رحمە الله :

والإنسان ما دامت روحه في جسده فهو معرض للفتنة ولهذا أوصي نفسي وإياكم أن نسأل الله دائماً الثبات على الإيمان،

وأن تخافوا؛ لأن تحت أرجلكم مزالق فإذا لم يثبتكم الله – عز وجل – وقعتم في الهلاك

واسمعوا قول الله سبحانه وتعالى لرسوله صلى الله عليه وسلم أثبت الخلق، وأقوااهم إيماناً :

{ ولولا أن ثبتناك لقد كدت تركن إليهم شيئا قليلا }

فإذا كان هذا للرسول صلى الله عليه وسلم فما بالنا نحن؛ ضعفاء الإيمان واليقين، وتعترينا الشبهات، والشهوات

فنحن على خطر عظيم، فعلينا أن نسأل الله تعالى الثبات على الحق، وألا يزيغ قلوبنا، وهذا هو دعاء أولي الألباب :

{ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا}

انتهى باختصار من :
[الشرح الممتع (5\388)]

Wednesday, December 21, 2016

Tsa'labah Bin Abdurrahman Ra.


Kisah Sahabat Nabi
Tsa'labah Bin Abdurrahman Ra.

Tsa'labah bin Abdurrahman adalah salah sahabat yang juga seorang pelayan Nabi SAW. Suatu ketika ia melewati rumah seorang wanita Anshar yang kebetulan pintunya terbuka. Spontan Tsa’labah memandang ke dalamnya, dan ternyata wanita Anshar tersebut tengah mandi. Sesaat ia terpesona melihat pemandangan tersebut, dan ketika sadar, ketakutan yang amat sangat menyelimutinya, takut dan malu jika Nabi SAW mengetahui perbuatannya, apalagi bila turun wahyu yang menjelaskan perbuatan maksiatnya. Karena itu ia lari dari kota Madinah dan bersembunyi di pegunungan antara Madinah dan Makkah.

Nabi SAW yang merasa kehilangan sahabat dan pelayannya tersebut. Beliau terus mencari-carinya dan menanyakan kepada para sahabat lainnya, tetapi tidak ada yang mengetahuinya. Setelah empat puluh hari berlalu tidak ditemukan, Malaikat Jibril datang kepada beliau dan memberitahukan kalau Tsa'labah berada di pegunungan antara Madinah dan Makkah. Maka Nabi SAW menyuruh Umar bin Khatab dan Salman al Farisi untuk mencari dan membawa Tsa'labah pulang ke Madinah.

Dua orang sahabat tersebut pergi ke tempat yang ditunjukkan Rasulullah SAW, tetapi ternyata tidak mudah untuk menemukan Tsa’labah. Pada suatu malam, mereka bertemu seorang penggembala bernama Dzufafah, dan menanyakan keberadaan sahabat yang menghilang tersebut. Dzufafah berkata, "Mungkin yang kalian maksudkan, adalah pemuda yang ingin lari dari Neraka Jahanam??"

"Bagaimana engkau tahu ia ingin lari dari Jahanam?" Tanya Umar.

"Jika tengah malam menjelang, ia keluar dari kumpulan kami menuju ke atas bukit. Sambil meletakkan tangannya di kepala, ia menangis dan berkata, "Duhai, seandainya Engkau mencabut ruhku di antara berbagai ruh, jasadku di antara berbagai jasad, janganlah Engkau menelanjangiku di hari pengadilan Kiamat kelak..!!"

"Itulah orang yang kami cari!!" Kata Umar dan Ammar serentak.

Dzufafah mengantar kedua sahabat tersebut ke tempat di mana Tsa'labah berada. Ketika telah bertemu, dan Umar menyampaikan salam Nabi SAW serta tugas yang diberikan kepada mereka, Tsa'labah berkata, "Apakah Rasulullah SAW mengetahui dosaku?"

"Aku tidak tahu," Kata Umar, "Tetapi beliau menyebut namamu dengan lirih dan sembunyi-sembunyi kemudian mengutusku dan Salman untuk menjemputmu!!"

Wahai Umar, Kata Tsa'labah, "Janganlah engkau pertemukan aku dengan Rasulullah SAW, kecuali saat beliau sedang shalat, atau Bilal sedang mengucapkan Qad iqamatish shalah!!"

"Baiklah!!" Kata Umar.

Mereka bertiga kembali ke Madinah. Setibanya di sana mereka langsung masuk masjid, saat itu Nabi SAW sedang shalat. Begitu mendengar bacaan Nabi SAW dalam shalat tersebut, Tsa'labah langsung pengsan. Berhari-hari lamanya Tsa’labah menahan kerinduan untuk mendengar dan menatap wajah yang penuh mulia tersebut, tetapi ia juga dilanda ketakutan dan kekhawatiran akan kemarahan Nabi SAW karena perbuatan dosanya. Konflik perasaan yang begitu hebat mencapai puncaknya ketika ia melihat dan mendengar suara Nabi SAW secara langsung, sehingga ia jatuh pengsan.

Setelah mengucap salam menutup shalatnya, Nabi SAW melihat keberadaan Umar dan Salman, dan keduanya membawa beliau kepada Tsa'labah yang sedang pengsan. Nabi SAW meletakkan kepalanya di pangkuan beliau dan berusaha menyadarkannya. Begitu ianya sadar, beliau bersabda, "Apa yang membuatmu lari dariku, wahai Tsa'labah!!"

"Dosaku, ya Rasulullah," Kata Tsa'labah.

"Mahukah engkau kuajarkan suatu ayat yang bisa menghapuskan dosa dan kesalahan?" Kata Nabi SAW.

Tsa'labah mengiyakan, dan beliau bersabda, "Ucapkanlah : Allahumma rabbanaa aatinaa fid dunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, waqinaa adzaabannar."

"Ya Rasulullah, dosaku lebih besar daripada itu!!"

"Tetapi Kalamullah pastilah lebih besar..." Kata Nabi SAW meyakinkannya.

Tsa'labah tidak menjawab lagi, walau mungkin ia belum yakin benar. Bukan karena ia tidak percaya dengan ucapan Rasulullah SAW, tetapi lebih karena ia merasa dosanya begitu besarnya, sehingga Allah tidak akan dengan mudah begitu saja mengampuni dosanya.

Dalam beberapa riwayat lainnya disebutkan, Tsa’labah tidak hanya melihat, tetapi terjatuh dalam perzinahan dengan wanita tersebut. Melihat keadaannya itu, Nabi SAW menyuruhnya pulang ke rumahnya, tetapi sampai di rumahnya ia jatuh sakit.

Setelah tiga hari menderita sakit dan tidak bangkit dari tempat tidurnya, Salman melaporkan keadaan Tsa'labah kepada Nabi SAW. Beliau mengajaknya mengunjungi rumahnya, dan setibanya di sana, beliau meletakkan kepala Tsa'labah di pangkuan beliau, tetapi Tsa'labah menarik kepalanya. Nabi SAW berkata, "Mengapa engkau menarik kepalamu dari pangkuanku, ya Tsa'labah!!"

"Karena penuh dosa, ya Rasulullah…!" Kata Tsa’labah.

"Apa yang engkau rasakan?"

"Ya Nabiyallah, aku merasa seperti ada semut-semut yang merayap di sekujur kulit dan tulangku!" Kata Tsa'labah.

"Apa yang engkau inginkan?" Tanya Nabi SAW.

"Ampunan Allah…!!"

Maka Nabi SAW memberikan pengajaran kepadanya tentang hakikat dosa dan taubat, tentang keluasan Rahmat Allah dan Maghfirah-Nya, tentang larangan berputus asa dari rahmat Allah, dan beberapa hal yang berkaitan dengan hal tersebut. Tampak jelas penyesalan di wajahnya, dan airmatanya tak henti mengalir. Tetapi tiba-tiba terbayang lagi satu dosa yang telah dilakukannya itu, Tsa’labah berteriak keras penuh ketakutan dan seketika meninggal dunia.

Nabi SAW mengajak beberapa sahabat mengurus jenazahnya, bahkan beliau sendiri yang memandikan dan mengkafaninya. Usai dishalatkan, beliau ikut memikul jenazahnya ke kuburnya, tetapi beliau berjalan sambil berjingkit. Beberapa sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, kami melihat engkau berjalan berjingkit, ada apakah kiranya?"

Nabi SAW bersabda, "Aku hampir tidak dapat meletakkan kakiku di tanah karena banyaknya malaikat yang ikut ta'ziah dan mengiring jenazahnya…!"

Monday, October 24, 2016

Warkah Buat Sang Pencinta


Kepada adik-adik yang sedang merasai bahang cinta dan menjadikan novel cinta ala Islamik sebagai cermin yang diharap memantulkan kebahagiaan yang serupa dalam rumah tangga mereka nanti, ingin saya tinggalkan nasihat buat kalian,

Andai kalian merasakan hanya senyum dan tawa piawaian kebahagiaan, saya khuatir kalian telah tersasar daripada landasan dalam memaknakan kebahagiaan sebenar.

Kalian harus tahu bahawa kehidupan berumahtangga menjadi indah dan berwarna kerana ia dicorakkan dengan kejutan demi kejutan yang berlaku.

Adik-adikku yang dikasihi,

Apabila perasaan cinta mula menyapa hatimu, ia memang indah dan mengasyikkan, tetapi jangan mudah kalah dengan perasaan ini sebelum kalian benar-benar meneliti dua sisi iaitu:

◈ Andainya cinta itu semakin mendekatkan dirimu kepada ketaatan dan menjauhi maksiat yang dimurkai oleh Allah, maka terima lah cinta itu dan jagai lah ia sehingga sampai masa untuk kau menikmatinya secara halal dan terhormat.

◈ Andainya cinta itu kian menjarakkanmu daripada kemanisan ketika "bersama Allah" bahkan jalan-jalan maksiat lebih mendekat, maka jauhkanlah dirimu sejauh-jauhnya daripada cinta itu.

Ketahuilah adik-adikku,

Cinta yang benar akan lebih menjadikanmu seorang Muslim / Muslimah yang lebih malu, indah akhlak dan bertambah ketaqwaan. Bukan sebaliknya.

Insaflah, jalan cinta Allah bukan menyusahkan tetapi menyelamatkan, selamat di dunia dari kehinaan dan selamat di akhirat daripada neraka yang membakar.

Wednesday, September 28, 2016

Bagi Seorang Penuntut Ilmu



Bagi seorang penuntut ilmu, apabila dia hadir dalam majlis ilmu dia perlu ada pena, kertas atau pun buku catatan kelengkapan bagi menyalin kembali apa sahaja yang diajar oleh guru adalah sangat penting. Seorang penuntut ilmu yang hadir mencari mutiara ilmu tanpa membawa pena bersama kertas catatan, dia seumpama mereka yang ingin berperang namun tidak mempunyai senjata.

Kata Imam As-Syafie;
 "Ilmu itu umpama binatang buruan, menyalin ibarat tali penambat. Maka rugi bagi sesiapa yang sudah bersusah payah menangkapnya kemudian dilepaskan sahaja mangsa berkenaan dengan begitu mudah"

Demikian perumpamaan buat mereka yang bersusah payah mencari ilmu namun dibiar begitu sahaja tanpa disalin dan dicatat. Itu yang pertama.

Kedua, jaga lidah kita daripada menghina dan mencaci orang lain. Jangan mencerca mereka yang turut bersama dengan kita dalam mencari ilmu. Sekiranya kita yang diperli dan dihina maka bersabarlah. Namun, jangan pula kita melakukan yang sedemikian pada orang lain. Hiasilah diri kita dengan ungkapan dan percakapan yang baik, itulah bukti bahawa kita sedang dikurnia dan diberkati ilmu yang kita miliki.

- Nasihat Buat Hati, Guru mulia Habib Ali Zaenal Abidin bin Abu Bakar Al Hamid

Wednesday, September 14, 2016

Sedih Tiada Kawan Lelaki



Untuk adik muslimat, kau sedih ke bila tiada kawan lelaki?

Tahu tak sebenarnya kau dah terselamat daripada ganguan makhluk berbahaya yang bernama 'Lelaki',

Dik biar abang cerita slow slow dan kau faham elok elok, untuk brader brader cerita ini kat adik or kakak perempuan korang.

Adik bila kau masih bersekolah, masuk universiti ini bukan sebenarnya waktu engkau untuk mula main dengan perasaan, adik abang tengok bukan yang banyak rosak itu dari kalangan yang so called "Tak Cun". Serious memang kebanyakan yang mula rosak itu sebab dia ada rupa dan daya penarikan.

Bila dia ada rupa, mulalah lelaki akan mendekati, adik yang kau rasa lelaki tidak mendekati, engkau jangan sedih, sebenarnya tuhan bagi engkau peluang untuk berhati hati.

Dan yakinlah, rupa dan luaran akan musnah, sampai suatu masa hanya akhlak yang akan penguat didalam suatu perhubungan, adik ramai orang yang berkahwin sebab rupa dan luaran dah pun berpisah.

Abang mintak maaf, cuba kau tengok sesetengah golongan yang dipanggil selebriti, kau tengok rupa dorang, yang lelaki hensem yang perempuan cun, habistu sebab apa dorang bercerai???

Ye memang sebab takde jodoh, tapi lagi satu sebab yang engkau pilih itu adalah kehendak engkau, bukan kehendak tuhan, saat engkau memilih pasangan haram jadah tak buat istikharah, tapi kalau buat pun kau dah set untuk mimpi laki or pompuan yang kau suka, dan ianya segalanya adalah kerana RUPA.

Adik gelap bukan tak cantik, jerawat bukan tidak menarik, pendek bukan kekurangan, sebab pada pengiraan tuhan, hanya hati yang menjadi tuan, pada yang punya badan

"Kau faham faham kan ayat tuh" 👆

Sebab rupa cantik mana akan kedut, dan percayalah hanya kecantikan akhlak yang akan membuatkan lelaki yang berakhlak akan datang kepada engkau,

Iya inilah jawapanya, sebab lelaki yang berakhlak dia akan tunggu masa yang sesuai untuk datang kepada engkau, sebab masa itu dik, dia sedang perbaiki diri dia, bila dia rasa mampu maka dia akan mendekati dan mengahwini.

Maka adik adik muslimat, jangan risau ye, steady je, lelaki ni takde, hanya suami sahaja yang penuh makna.

Simpanlah kasih sayang untuk suami mu ;)

Monday, August 22, 2016

Ustaz Mesti Serious 24 Jam?


Biasanya orang kita beranggapan bahawa seorang ustaz atau orang agama adalah orang yang sentiasa serius dan tegas. Mesti seorang yang berpenampilan tradisional islamik seperti pakai songkok,serban,  pakai jubah, celak etc.

Mesti seorang yang tiada "sense of humor", seorang yang tidak langsung buat perkara biasa yang "orang bukan agama" selalu buat.

Sebenarnya tidaklah begitu. Ada masanya orang agama pun berhibur dengan cara yang mereka sendiri. Mereka juga manusia biasa. Ada hobi dan minat masing-masing.

Ulama' dulu ada pun berhibur dan bergelak ketawa. Ada yang suka bersyair, ada yang suka memanah, lumba kuda dan sebagainya.

Imam Qatadah pernah bertanya kepada sahabat Nabi iaitu Ibnu 'Umar radhiallahu 'anhu adakah para sahabat Nabi pernah bergelak ketawa?

Jawab Ibn Umar:

نعم! والإيمان في قلوبهم أعظم من الجبال
Ya pernah dan iman dalam hati mereka lebih besar daripada gunung.

Imam Ibn Sirin antara tabi'in yang senang dan kuat ketawa. Mahdi bin Maimun berkata:

كان محمد بن سيرين ينشد الشعر، ويضحك حتى يميل، فإذا جاء الحديث من السنة كلح
Muhammad bin Sirin pernah mendendangkan syair lalu dia ketawa hingga membongkok (ketawa keras). Bilamana dalam bab hadith, dia berubah jadi muram/serius.

Jadi kenapa perlu skeptical bila orang agama buat benda yang manusia normal buat? Orang agama bukan manusia ke?

Disebabkan mentaliti memandang orang agama seperti malaikat, bila dia cuba "jadi manusia" biasa, tak pasal-pasal kena sebat.

Fikirkan.

Kita Tahu Tapi Kita Tidak Peduli



Kita mengetahui, solat secara berjemaah itu adalah sunnah, mendapat lebih 27 darjat lebih berbanding solat bersendirian. Tetapi ruginya kita masih tidak mampu untuk berjemaah di masjid atau surau.

Kita mengetahui, bahawa ucapan "Subhaanallaahi wa bihamdihi" sebanyak 100 kali dalam sehari akan menghapuskan dosa-dosa kita, walaupun dosa kita sebanyak buih di lautan. Akan tetapi sayang, Berapa banyak hari kita yang berlalu tanpa kita mengucapkannya sedikitpun.

Kita mengetahui, bahawa pahala dua rakaat Dhuha setara dengan pahala 360 sedekah, akan tetapi sayang, hari berganti hari tanpa kita melakukan solat Dhuha.

Kita mengetahui, bahawa orang yang berpuasa sunnah kerana Allah satu hari saja, akan dijauhkan wajahnya dari api neraka sejauh 70 musim atau 70 tahun perjalanan. Tetapi sayang, kita tidak mahu menahan lapar.

Kita mengetahui, bahawa siapa yang menjenguk orang sakit akan diikuti oleh 70 ribu malaikat yang memintakan ampun untuknya. Tetapi sayang, kita belum juga menjenguk satu orang sakit pun minggu ini.

Kita mengetahui, bahawa siapa yang membantu membangun masjid kerana Allah walaupun hanya sebesar sarang burung, akan dibangunkan sebuah rumah di syurga. Tetapi sayang, kita tidak tergerak untuk membantu pembangunan masjid walaupun hanya dengan beberapa ringgit.

Kita mengetahui, bahawa siapa yang membantu ibu tunggal dan anak yatimnya, pahalanya seperti berjihad di jalan Allah, atau seperti orang yang berpuasa sepanjang hari tanpa berbuka, atau orang yang solat sepanjang malam tanpa tidur. Tetapi sayang, sampai saat ini kita tidak berniat membantu seorang pun anak yatim.

Kita mengetahui, bahawa orang yang membaca satu huruf dari Al-Qur'an, baginya sepuluh kebaikan dan satu kebaikan akan di lipatgandakan sepuluh kali. Tetapi sayang, kita tidak pernah meluangkan waktu membaca Al-Qur'an dalam jadual harian kita.

Kita mengetahui, bahawa haji yang mabrur, tidak ada pahala baginya kecuali syurga, dan akan diampuni dosa-dosanya sehingga kembali suci seperti saat dilahirkan oleh ibunya. Tetapi sayang, kita tidak bersemangat untuk melaksanakannya, padahal kita mampu melaksanakannya.

Kita mengetahui, bahawa orang mukmin yang paling mulia adalah yang yang paling banyak solat malam, dan bahawasanya Rasulullah SAW dan para sahabatnya tidak pernah meremehkan solat malam ditengah segala kesibukan dan jihad mereka. Tetapi sayang kita terlalu meremehkan solat malam.

Kita mengetahui, bahawa hari kiamat pasti terjadi, tanpa ada keraguan, dan pada hari itu Allah akan membangkitkan semua yang ada di dalam kubur. Tetapi sayang, kita tidak pernah mempersiapkan diri untuk hari itu.

Kita sering menyaksikan orang-orang yang meninggal mendahului kita. Tetapi sayang, kita selalu hanyut dengan senda gurau dan permainan dunia seakan kita mendapat jaminan hidup selamanya.

Saya telah mengirimkan nasihat ini kepada orang yg saya cintai kerana Allah, maka kirimkanlah nasihat ini kepada orang yang kita cintai.

BUAT RENUNGAN KITA SEMUA

SILA SHARE DAN SEBARKAN

Monday, August 15, 2016

Jangan Baca Cerita Ini


Lapang benar dada Pak Uwei bila pegawai yang bertugas di kaunter Pejabat Tabung Haji itu memberitahu nama dia dan isterinya turut tersenarai dalam senarai jemaah yang akan menunaikan ibadah fardhu haji pada tahun ini.

Tapi pakcik kena bayar segera bahagian mak cik yang masih tak cukup tiga ribu ringgit lagi tu. Selewat-lewatnya minggu depan bayaran mesti dibuat.” Beritahu pegawai itu lagi.

In sha Allah encik. Saya akan bayat seberapa segera,” janji Pak Uwei. Berita gembira itu ingin segera dikongsi bersama isteri kesayangannya.

Sebaik keluar dari pejabat Tabung Haji, dia terus balik ke rumah. “Pah… Ooo… Pahh!” teriak Pak Uwei sebaik turun dari keretanya.

Apa bendanya terlolong-lolong ni bang?” tanya Mak Pah.

Ada berita baik ni Pah, nampaknya hajat kita nak ke Mekah tahun ni akan tertunai. In sha Allah, dua bulan lagi kita akan ke sana. Tak sabar betul saya, rasa macam Kaabah tu dah melambai-lambai,” cerita Pak Uwei dengan wajah berseri-seri.

Betul ke ni bang? Baru semalam si Johari beritahu dia dengan Minah tak dapat pergi. Namanya tidak ada dalam senarai.

Betullah Pah oii… Saya ni baru je balik dari Pejabat Tabung Haji. Cuma duit bahagian awak tu kena bayar segera selewat-lewatnya minggu depan.

Mana kita nak cari duit banyak tu bang? Tiga ribu tu bukan sikit, itupun lepas duit tambang. Duit kocek mau juga sekurang-kurangnya dalam seribu.” Mak Pah merenung gusar wajah suaminya.

Alah Pah, kita mintalah tolong dengan Muaz dan Balkis. Takkanlah mereka tak nak beri. Bukannya banyak Cuma dua tibu seorang sahaja.” Wajah Pak Uwei semakin berseri-seri. Dia yakin anak-anaknya yang dua orang itu tidak akan menghampakan harapanya. “Lusa hari minggu, saya nak suruh budak-budak tu balik, boleh kita berunding,” cadang Pak Uwei.

Kalau tak cukup bahagian saya tu, awak ajelah yang pergi dulu. Tak elok kita menyusahkan anak-anak bang, lagi pun apa pula kata menantu kita nanti, nak ke Mekah minta duit anak.” Mak Pah tidak bersetuju dengan rancangan Pak Uwei.

Pah… Muaz dan Balkis tu kan anak-anak kita. Kita dah besarkan mereka, hantar belajar tinggi-tinggi, takkan nak hulur dua ribu pun tak boleh, lagipun selama ni kita tak pernah minta duit mereka. Tak usahlah awak bimbang Pah, saya yakin anak-anak kita tu tak akan mengampakan kita kali ni.” Yakin benar Pak Uwei, harapan yang menggunnung di gantungkan kepada anaknya.

Tapi bang…

Dah lah… Pergi siapakan kerja awak tu, tak usah nak risau tak tentu hala. Saya nak telefon budak-budak tu,” Pintas Pak Uwei sebelum Mak Pah melahirkan kebimbangannya.

Lega hati Pak Uwei bila Muaz menyatakan yang dia akan pulang, kemudian Pak Uwei menelefon Balkis pula di pejabatnya. Dia hanya menyuruh mereka balik tanpa memberitahu hajatnya.

In sha Allah, Kis balik nanti abah. Ermm! Abah nak Kis surun Intan balik sama?” tanya Balkis.

Ikut suka kaulah, bagi abah yang pentingnya kau dan Muaz. Intan tu ada ke tidak ke, sama aje. Balik ya…” balas Pak Uwei.

Bukan dia membeza-bezakan anak-anaknya, tapi hati tuanya cepat benar panas bila berhadapan dengan Intan.

Sikap degil dan tak mahu mendengar kata anaknya itu menyebabkan dia geram. Sudahlah malas belajar, tidak seperti Muaz dan Balkis yang berjaya memiliki ijazah. Kalau ditegur sepatah, sepuluh patah tidak menjawab. Masih Pak Uwei ingat gara-gara sikap keras kepala Intak untuk bekerja kilang, mereka bertengkar besar tiga tahun lalu. Kini hubungan mereka seperti orang asing.

Abah tak setuju kau nak kerja kilang di KL tu. Abah mahu kau sambung belajar lagi.” Pak Uwei tidak bersetuju dengan niat Intan yang hendak bekerja kilang.

Intan dah tak minat nak belajar lagi abah, biarlah Intan kerja kilang. Kerja kilang pun bukannya haram.” Bantah Intan menaikkan darah Pak Uwei.

Aku suruh kau belajar kau tak nak, kau nak kerja kilang. Kau tak tengok berapa ramai anak gadis yang rosak akhlak kerja kilang tinggal di KL jauh dari mak bapa, bolehlah buat apa yang kau suka kan? Kau bebas macam tu?

Itulah abah, selalu nampak yang buruk aje, bukan semua yang kerja kiland menetap di KL tu jahat, abah. Kerja apa dan di mana sekali pun sama sahaja, pokok pangkalnya hati. Kalau nak buat jahat dalam rumah pun boleh abah.” Intan cuba membuat abahnya faham.

Kenapalah kau seorang ni lain benar dari abang dan kakak kau. Cuba kau tengok Balkis tu, tak pernah dia membantah cakap macam kau ni!

Intan memang tak sama dengan Kak Balkis, abah. Intan suka berterus-terang, kalau tak kena Intan cakap depan-depan, bukan membebal kat belakang,” Balas Intan selamba menyemarakkan bara dalam dada abahnya.

Anak tak mendengar kata, ikut suka kaulah. Kalau kau nak pergi, pergi… Aku dah tak larat nak larang. Nak terlentang ke, telangkup ke, gasak kaulah.” “Kau buat apa yang kau suka, aku tak nak ambil tahu lagi!

Sejak kejadian itu, Pak Uwei memang tidak mempedulikan langsung apa yang Intan nak buat.

Namun begitu, Intan tetap pulang setiap kali cuti. Dia bersikap selamba biarpun abahnya tidak mempedulikannya. Intan selalu menghulur duit, tapi hanya kepada maknya sahaja.

Riang hati Pak Uwei bukan kepalang bila anak-anaknya pulang, tambahan pula dia sudah rindu dengan cucu-cucunya.

Malan itu, selesai menikmati makan malan dan berjemaah sembahyang Isyak, mereka duduk berborak di ruang tamu.

Sebenarnya ayah suruh kau orang balik ni ada hajat sikit,” Pak Uwei memulakan bicara.

Hajat apa pula abah?” tanya Muaz yang duduk di sebelahnya.

Abah dan mak kau nak ke Mekah, nama dah ada dalam senarai. Memandangkan bahagian mak kau masih belum cukup lagi, abah nak minta kau dan Balkis bantu sikit. Tak banyak, dua ribu seorang cukuplah,” Pak Uwei mengutarakan hasratnya.

Boleh tu boleh abah, tapi kena tunggu sebulan dua lagi. Az baru je keluarkan wang simpanan buat duit muka beli rumah. Sebulan dua lagi bolehlah Az ikhtiarkan,” ujar Muaz.

Tapi… Pegawai Tabung Haji tu minta bayaran di buat segera selewat-lewatnya minggu depan.

Kalau dalam seminggu dua ni abah, memang rasanya tak dapat. Paling tidak pun cukup bulan ni. Nak cukupkan duit muka tu pun habis duit simpanan budak-budak ni Az keluarkan,” Jawab Muaz serba salah.

Kau beli rumah lagi, rumah yang ada tu kau nak buat apa?” tanya Pak Uwei melindungi kekecewaannya.

Rumah baru tu besar sikit abah. Selesalah buat kami sebab budak-budak tu pun dah besar, masing-masing nak bilik sendiri. Lagi pun beli rumah tak rugi abah, pelaburan masa depan juga,” sampuk Mira isteri Muaz.

Pak Uwei terdiam, harapannya kini cuma pada Balkis. “Kamu macma mana Kis, boleh tolong abah? Nanti abah bayarlah balik duit kamu tu bila ada rezeki berbuah durian kat dusun kita tu nanti,” Pak Uwer berpaling pada Balkis.

Kis pun rasanya tak dapat nak tolong abah. Kis baru aje keluarkan duit simpanan buat menambah modal perniagaan Abang Man. Tengah gawat ni, faham ajelah… Ni tak lama lagi nak bersalin nak pakai duit lagi.

Hancur berderai rasa hati Pak Uwei mendengar jawapan Balkis.

Man bukan tak nak tolong abah. Kalau nak pinjam duit kad kredit boleh. Tapi yelah, kata orang kalau nak ke Mekah ni tak elok pakai duit pinjaman.

Betul kata Man tu abah. Kalau nak ke Mekah mesti dengan kemampuan sendiri baru elok,” sokong Muaz.

Kata-kata Azman dan Muaz bagaikan sembilu yang menikan dada Pak Uwei. Bila dia bertemu pandang dengan Intan, Pak Uwei terasa bagai di tertawakan oleh Intan bila kedua anak yang di harap-harapkan menghampakannya.

Tak apalah kalau kau orang tak ada duit. Biarlah abah kau pergi seorang dulu, nanti kalau ada rezeki, mak pula pergi,” Mak Pah bersuara cuba meredakan keadaan.

Kalau nak pergi sendiri dah lama saya pergi Pah. Tak payah saya tunggu lama-lama. Kalau awak tak pergi, biarlah kita sama-sama tak pergi… Dah tak ada rezeki kita nak buat macam mana?” Pak Uwei bangun masuk ke bilik meninggalkan anak-anaknya dengan rasa kesal.

Intan tahu abahnya benar-benar kecewa. Walaupun orang tua itu tidak menunjukkan rasa kecewanya, tapi Intan faham kecewa abahnya teramat sangat kerana tidak menduga anak-anak yang selama ini di sanjung akan mengecewakannya begitu.

Anak awak tu tak balik ke?” tanya Pak Uwei pada Mak Pah bila Intan tidak turut serta balik bersama dengan abang dan kakaknya.

Tak, katanya cuti sampai hari Rabu nanti,” balas Mak Pah sambil mencapai kain selendangnya.

Nak kemana pulak tu?” tanya Pak Uwei melihat Mak Pah bersiap-siap.

Nak ke kedai Long Semah tu nak belikan anak saya kuit lepat ubi kegemarannya.” Sengaja Mak Pah menekan suara bilan menyebut anaknya.

Pak Uwei yang gemar membeza-bezakan anak.

Pagi Isnin itu selepas bersarapan, Intan bersiap-siap hendak keluar.

Nak kemana Intan pagi-pagi dan bersiap ni?

Intan ada hal sikit kat bandar mak. Intan pergi dulu ye.

Kalau nak ke bandar suruhlah abah kau tu hantarkan,” suruh Mak Pah.

Tak payah mak, Intan nak pergi banyak tempat ni. Nanti bising pula abah tu. Intan pergi dulu.

Mak Pah menggeleng memerhatikan Intan berlalu, Kadangkala sedih hatinya melihat sikap suaminya yang keras hati membuat anaknya itu menyisihkan diri.

Ketika Intan pulang dari bandar tengah hari itu, mak dan abahnya sedang menikmati juadah tengah hari.

Kau ni Tan buat benda apa lama benar kat bandar tu? Mari makan sama. Ni abah kau ada beli ikan baung salai, mak masak lemak cili api.

Ingat lagi abah lauk kegemaran Intan rupanya,” Usik Intan tak bertangguh mencapai pinggan.

Mak bapak memang tak pernah lupakan anak-anak, Cuma anak-anak aje yang lupakan mak bapa,” jawab Pak Uwei sinis. Intan tersenyum pahit.

Selesai mengemas pinggan mangkuk, Intan menunaikan solat Zohor, kemudian dia mendapatkan mak dan abahnya yang sedang duduk di ruang tamu. Abahnya sedang membaca surat khabar. Mak Pah pula melipat kain.

Mak, abah… Intan ada hal sikit nak cakap ni…,” ujar Intan menghampiri mereka.

Pak Uwei menurunkan surat khabar yang di pegangnya, kemudian menanggalkan cermin mata yang di gunakan untuk membaca. “Apa hal… Kamu nak kahwin ke?” soal Pak Uwei merenung Intan.

Tawa Intan meledak tiba-tiba mendengar soalan abahnya. Melihat Intan tergelak besar, Pak Uwei turut tertawa. Mak Pah pun tergelak sama, riang rasa hatinya melihat kemesraan yang hilang dulu mula menyatu.

Abah ni… Ke situ pula…

Habis tu?

Ini… kad Tabung Haji Mak. Tadi Intan ambil dalam laci tu. Yang ni resit memasukkan duit ke akaun mak. Semuanya Intan dah uruskan. Dan ini dua ribu untuk buat duit kocek mak dan abah. Yang dua ratus lagi ni untuk buat kenduri doa selamat sebelum berangkat nanti.” Intan memasukkan duit itu dalam genggaman Pak Uwei.

Apa???” Pak Uwei terkejut. Matanya merenung Intan dan duit di tangannya bagai tidak percaya.

Ini duit simpanan Intan sejak mula bekerja dulu. Duit hasil titik peluh Intan yang halal abah, terimalah. Selama ini Intan banyak kali kecewakan abah. Intan tak pernah dapat membahagiakan hati abah. Selama ini pun Intan selalu sangat rasa kalah pada Abang Az dan Kak Balkis. Intan tak cantik dan baik macam Kak Balkis, apatah lagi bijak seperti mereka. Intan tahu abah selalu kecewa dengan Intan. Hanya kali ini Intan dapat tunaikan hasrat abah.

Dah banyak kali abah tangguhkan hasrat nak naik haji. Dulu kerana Kak Balkis nak kahwin, lepas tu mak pula tak sihat. Sekarang ni masa yang sesuai Intan harap abah sudi terima pemberian Intan” tutur Intan perlahan memerhatikan air mata menuruni pipi abahnya yang sudah berkedut di mamah usia.

Terima kasih Intan. Malu rasanya abah nak ambil duit kamu… Dulu abah selalu bangga dengan Balkis dan Muaz yang memagang jawatan tinggi, tapi akhirnya anak abah yang kerja kilang yang membantu abah,” luah Pak Uwei sambil mengesat air mata terharu atas keluhuran hati anak yang selama ini di musuhinya.

Sudahlah abah. Yang lepas tu tak usahlah kita ungkit-ungkit lagi. Intan gembira abah sudi terima pemberian Intan”  

Pemberian kau ni terlalu bernilai bagi abah dan mak kau Intan…” ujar Pak Uwei.

Intan peluk abahnya erat.

Hah… tulah, jangan suka memperkecil-kecilkan anak saya ni,” Mak Pah mengusik Pak Uwei sambil mengesat air mata penuh kesyukuran.

Mak ni…” gelak Intan memandang abahnya yang tersengih.

Masa yang di tunggu-tunggu tiba dalam keriuhan sanak saudara yang datang menziarahi Pak uwei dan Mak Pah.

Intan memerhati dengan perasaan gembira bercampur hiba. “Semua dah siap ke mak?” tanya Intan menjenguk ke bilik emaknya memerhatikan Mak Pah mengisi barang keperluan semasa di Mekah.
dah rasanya… Ada apa-apa yang Intan nak pesan Mak belikan di sana nanti?

Tak ada mak. Mak janganlah fikir soala apa yang nak dibeli mak. Yang penting mak dapat menunaikan ibadah dengan sempurna.

Hah! Awak dengar tu, kita ni nak pergi menunaikan ibadah, bukan nak membeli belah,” tambah Pak Uwei yang turut mendengar perbualan dua beranak itu.

Intan tak nak mak dan abah belikan satu apa pun dari sana. Hanya satu yang Intan mahu, doakan Intan bahagia di dunia dan akhirat” pesan Intan sambil memeluk emaknya.

Mak Pah dan Pak Uwei berpandangan. Tiba-tiba sebak dengan permintaan Intan itu. Hanya dua jam lagi kapal terbang akan mendarat di tanah air.

Pak Uwei mengerling Mak Pah yang lena disebelahnya. Dalam keriangan telah menunaikan ibadah haji tanpa sebarang kesulitan, terselit rasa tidak sedap di hati. Perasaan rindu pada anak-anak terutamanya Intan bagai menyentap tangkai hatinya. Pak Uwei terkenangkan mimpinya bertemu Intan di Tanah Suci. Intan tidak berkata sepatah pun, tapi bagai memberitahu yang dia akan pergi jauh.

Kenapa resah aje ni bang?” Mak Pah terjaga.

Entahlah Pah, saya teringat sangat dengan Intan dan anak-anak kita.

Sabarlah, dah nak sampai dah ni,” pujuk Mak Pah. Dari jauh lagi Pak Uwei sudah melihat Muaz dan Azman menanti mereka.

Mak… Abah…” Muaz meraih emaknya dalam pelukan dan kemudan abahnya tanpa dapat menahan air mata menitis laju.

Mana yang lain ni, kamu berdua aje?” Pak Uwei tertinjau-tinjau mencari wajah Intan.

Mereka menanti di rumah, abah…” Beritahu Azman suami Balkis sambil mencium tangan Pak Uwei.

Intan pun tak datang juga ke?” tanya Pk Uwei terasa hampa.

Awak ni… kan Man dah kata mereka menunggu di rumah,” Mak Pah menggeleng, dua tiga hari ni nama Intan tak terlepas dari mulut suaminya.

Perjalanan tiga jam dari KLIA untuk sampai ke rumah terasa begitu lama oleh Pak Uwei. Mak Pah yang melihat kegelisahan suaminya turut berasa bagai ada yang tak kena.

Dua tiga malam sebelum balik, abah kau mengigau terjerit-jerit dia panggil nama Intan. Kalau Intan dengar cerita ni tentu dia geli hati,” cerita Mak Pah pada Muaz dan Azman.

Muaz mengerling Azman yang sedang memandu. “Tentulah abah ingatkan Intan, sebab Intan yang bagi dia duit,” balas Muaz cuba bergurau walaupun terasa sayu.

Tapi abah rasa amca ada yang tak kena aje Az, dalam mimpi abah tu, abah nampak Intan macam nak beritahu dia nak pergi jauh. Tapi dia tak bercakap pun, hanya renung abah. Intak tak ada cakap apa-apa dengan kau Az?

Err… Tak ada abah. Kita berhenti minum dulu abah, tentu Mak haus,” ajak Azman.

Tak payah, dah dekat ni. Abah tak sabar nak balik.” Tolak Pak Uwei.

Azman dan Muaz hanya berpandangan. Sebaik turun dari kereta, Balkis meluru memeluk mereka dengan tangisan.

Suara Pak Long Basri yang bertakbir menambah sayu. Semua yang ada menitiskan air mata.

Mak dengan abah sikat ke?” tanya Mira setelah bersalaman dengan ibu bapa mertuanya.

Sihat, Cuma batuk-batuk aje sikit. Intan mana, dia tak balik ke?” Mak Pah mula berdebar bila Intan tidak kelihatan.

Naik dulu Ngahnya…” suruh Long Semah.

Intan mana?” Pak Uwei mula hilang sabar bila tak seorang pun memberitahu di mana Intan. Pantas dia memanjat tangga menuju ke bilik Intan. Matanya terpaku pada bekas baju yang terletak di sebelah katil yang bercadar kain batik lepas.

Dadanya bergetar. “Az… Mana Intan? Mana adik kau Az?” tanya Pak Uwei dengan suara yang menggeletar. Badanya terasa lemah, dia berpaut pada tepi pintu.

Sabar abah…” Muaz menggosok belakang abahnya.

Kenapa Az… Kenapa?

Mak Pah menurunkan Syazwan, cucunya dari pangkuan dan melangkah laju ke bilik Intan.

Mak… Intan dah tak ada mak.” Balkis tersedu memeluk emaknya yang terduduk lemah. Pak Uwei terkulai tak bermaya menerima berita itu. Mak Pah terus pengsan. Bila dia terjaga dia melihat anak menantu mengelilingnya. Pak Uwei duduk di tepi kepalanya.

Sabarlah Ngah, ini dugaan Allah pada kita. Intan pergi pun dalam keadaan tenang. Barangkali kerana hajatnya nak lihat kamu nak haji dah tertunai,” Pujuk Long Semah yang masih belum pulang.

Intan ada tinggalkan surat untuk kita. Dia memang dah tahu dia tak akan hidup lama. Rupa-rupanya dia menghidap barah otak. Dia minta maaf segala salah silap dan berpesan supaya kita jangan sedih atas pemergiannya. Dia minta kita doakan dia,

Pak Uwei menepuk lembut bahu Mak Pah yang tersedu.

Bila dia meninggal? Siapa yang menghadap masa nazaknya?” tanya Mak Pah.

Kami semua ada mak. Dia begitu tabah menanti detik kematiannya mak. Sebenarnya dia ajak kami balik ini, katanya nak kemaskan rumah kerana mak dan abah nak balik. Masa sampai tu dia sihat lagi, tiba-tiba malam Khamis tu lepas solat Isyak, dia sakit kepala teruk sampai tak boleh bangun. Az nak hantar ke hospital, tapi katanya masa dia dah tiba. Masa itulah baru dia ceritakan sakitnya. Dia meninggal Subuh hari Jumaat mak… Tiga hari lepas. Dia pergi dalam keadaan yang cukup tenang mak,” cerita Muaz.

Mak Pah menggenggam erat tangan suaminya, terkenangkan bagaimana Intan memeluk erat mereka sebelum melepaskan pemergian mereka. Dan ketika itu bagai terdengar-dengar suara Intan berpesan “Intan tak nak mak dan abah belikan satu apa pun dari sana. Hanya satu yang Intan mahu, mak dan abah doakan Intan bahagia di dunia dan akhirat…

Friday, August 12, 2016

Realiti Percintaan


Golongan yang sedang asyik dan ghairah bercinta sebelum nikah ini adalah antara golongan yang terpedaya dengan kisah-kisah cinta fantasi.

Mereka terpesona dengan keindahan perkahwinan yang mereka lihat, baca daripada novel dan rancangan-rancangan drama di televisyen. Disebabkan belum mampu berkahwin, mereka bercinta walaupun belum bernikah.

Antara azimat yang dipegang oleh golongan bercinta ini adalah ketika hati mula bertaut, jiwa suka sama suka, maka kemungkinan untuk bahagia dalam perkahwinan adalah sangat tinggi.

Apabila perasaan cinta sebelum pernikahan semakin subur, kerumitan yang timbul adalah pada satu persoalan utama iaitu bagaimana mengurus cinta itu agar tidak lebur dibaham nafsu.

Sering kali sahaja kehadiran "watak-watak sempurna" yang ditampilkan dalam novel berkisarkan cinta Islamik sebuah rumahtangga menjadikan diri mereka menyangka bahawa watak itu benar-benar wujud di alam nyata.

Ketika seseorang itu sedang terpesona dengan keindahan bercinta ini, perkara yang sering dilupakan ialah pengisian masa terluang dengan aktiviti ketaatan dan amalan yang menyuburkan iman.

Antaranya:

  • Mempertingkat bacaan dan perbincangan ilmiah tentang cara² memperbaiki hubungan cinta dengan Allah Swt.

  • Menyemak kembali solat yang ditunaikan. Mungkin perasaan cinta yang membuak-buak ingin dilayan itu berpunca daripada kualiti solat yang semakin merudum.

  • Berusaha mendapatkan hidayah Allah dengan perbanyakkan berdoa.

Sehebat atau sebijak manapun seseorang itu, dia tidak mampu menjangkau semua perkara.

Benar cinta dan suka itu fitrah manusia, tapi jangan sampai jadi fitnah.

Thursday, August 11, 2016

Muslimat Dan Facebook


Terbaca status seorang muslimat di facebook:

"Minta lelaki jangan hantar 'chat' pada ana lagi. Ana kan tak balas 'chat'. Nanti ana 'block' baru tahu"

Kasihan pada gadis itu.
Menipu diri sendiri dengan tingkah laku.

Kau minta lelaki jangan ganggu?
Padahal kau 'upload' DP memakai niqab di facebook.

Lalu niqabis dihentam lagi.
Berposing sakan di facebook.
Lalu Islam difitnah lagi.

Perempuan berpurdah sama sahaja dengan gadis biasa yang tidak beriman di sisi agama.

Iblis ini licik.
Ingat lelaki tidak akan bernafsu walaupun pada muslimat yang menutup segalanya?

Sebab itu tidak digalakkan meletakkan gambar di alam maya.

Sebab bimbang nanti fitnah akan berleluasa.


Apakah tujuan menutup aurat?

Untuk mengelak daripada fitnah kan?


Kalau dah sampai lelaki suka hantar 'chat' pada kau tak sudah.

Kau masih tak sedar yang kau telah menimbulkan fitnah.

Maka, masyaAllah tak tahu aku nak cakap apa dah.


Kenapa?

Kau fikir kau telah menutup segalanya?

Kau ingin salahkan lelaki jika tidak menjaga mata melihat gambarmu yang 'solehah' di alam maya?

Konon biarlah kita digelar bidadari dunia di mata jejaka?

Soalan aku.

Bukankah lelaki dan perempuan yang beriman itu saling membantu dalam melaksanakan kebajikan dan mencegah kemungkaran?

Lalu beginikah cara kau membantu mereka?

Membantu dalam agama?
Tepuk dada, tanya diri.


Kalau sudah gambar sendiri.
Menimbulkan fitnah terhadap diri.

Jangan salahkan lelaki.
Tapi tampar diri sendiri sebab tak sedar-sedar lagi.

Kau menimbulkan fitnah.
Tetapi bilang diri sendiri difitnah.

Maka siapa yang menfitnah siapa sebenarnya?

Tujuan gambar di'upload' di alam maya adalah supaya mengelakkan fitnah.

Misalnya mengelakkan fitnah agar orang lain kenal kita andai kita ini orang ternama.

Mengelakkan fitnah agar orang mengundi kita andai kita ini orang yang bertanding dalam pilihan raya kampus, zon, daerah atau negara.

Mengelakkan fitnah agar orang tidak menceroboh facebook kita agar kita tidak teraniaya.

Tapi kalau gambar sendiri bukan mengelakkan fitnah, malah menimbulkan musibah.
Maka, 'delete' lah.
Bukannya payah.

Kalau tidak menimbulkan fitnah.

Tak mengapa.
Tiada masalah saudari, saudara.
Cuma mahu mengingatkan.

Gejala sihir menggunakan gambar di FACEBOOK sudah semakin menjadi-jadi.

Nauzubillah.

Mohon Allah lindungi.
Jika nak sangat tayangkan muka.

Sila 'private' kan untuk tatapan tertentu dan keluarga sahaja.
Tak perlu nak buat DP dan 'cover photo' semua.
Tak terjamin solehah pun sampai ke syurga.

Maaf.
Terkasar bahasa.
Terasa 'gedik' dengan status muslimat sebegini.

Aku juga sedang mjaga ikhtilat.
Tapi pada yang perlu.
Tak perlu pula aku beritahu.

Hebahkan satu dunia biar tahu.
Waallahualam.